Pages

Wednesday, July 16, 2008

Selektif dan Tanggap terhadap Situasi dan Kondisi

Beberapa waktu yang lalu saya mendengar cerita dari seorang teman perihal status dalam pertemanan.. Setau saya dia memiliki etiket yang bagus ke setiap orang. Sampai pada suatu waktu, rupa-rupanya etiket dia selama ini disalah artikan oleh sebuah keluarga. Beberapa tahun lalu dia kenal dengan sebuah keluarga via ibunya dalam suatu acara bedah buku. Hubungan di jalin dengan baik tanpa berpikir ke arah yang lain olehnya, berkunjung pun tak segan ia lakukan ke keluarga tersebut. Malahan ia cepat akrab dengan anggota keluarga yang lain seperti bibi, anak perempuan serta nenek dari anak perempuannya.

Tanpa ada perasaan apapun. Yang dikembangkan adalah rasa kekeluargaan. Dia merasa nyaman dengan keluarga tersebut. Apalagi keluarga tersebut termasuk keluarga yang religi.

Sampai suatu waktu dia hendak menikah. Dia menyampaikan kabar tersebut ke keluarga tersebut. Yang terjadi adalah ibu dari keluarga tersebut merasa kecewa, sedih dan terpukul, karena diam-diam dia merasa yakin bahwa teman saya tersebut cocok menjadi pendamping putranya. Yang kebetulan kenal dengan teman saya tersebut.

Ada beberapa hal yang menarik menurut saya.

Pertama, pertemanan dapat dijalin dimana saja, tanpa mengenal batasan usia. Yah seperti teman saya tersebut, yang berkenalan dengan seorang wanita baya di sebuah acara bedah buku.

Kedua, dalam dunia pertemanan komunikasi haruslah dikembangkan dengan positif oleh kedua belah pihak. Seperti si Ibu yang hendak menjodohkan putranya dengan teman saya tersebut, namun hanya keinginan belaka yang tak disampaikan ke teman saya. Padahal jika dikomunikasikan dengan baik, tidak menutup kemungkinan teman saya akan menerima.

Ketiga, selektif dan tanggap terhadap situasi dan kondisi perlu diterapkan dalam pertemanan.

Hal ketiga ini yang menarik minat saya dalam menulis artikel ini. Rasa-rasanya aneh dan lucu yah jika hal tersebut diatas terjadi. Beberapa kali nyaris saya mengalami hal tersebut. Namun dengan sedikit keterampilan Saya mampu melewatinya dengan sukses J. Situasi seperti itu memang agak-agak menyulitkan bagi orang-orang tertentu. Betapa tidak, ketika kita tulus berteman dengan sesorang dan tanpa embel-embel apapun, kemudian dibelakang terjadi hal seperti diatas walaaah... bisa dibayangkan dong.

Kondisi yang menyenangkan bisa saja terjadi, ketika kondisi diatas terjadi, kemudian ada komunikasi yang simpatik antara kedua belah pihak, teman saya tersebut memang setuju. Maka yang tjadi adalah happy ending.

Pun sebaliknya kondisi yang tidak mengenakan dapat terjadi dengan skenario seperti diatas. Teman saya tersebut hendak menikah dengan pria lain, kemudian keluarga tersebut tau dan tidak menerima dengan lapang. Kebayang tentunya apa yagn bakal terjadi. Mungkin hubungan baik yang telah dibangun selama itu bisa pupus, menguap begitu saja.

Lalu apa yang mesti dilakukan??

Berteman dengan siapa pun itu bagus dan seharusnya terus dikembangkan. Namun seperti yagn saya sampaikan di poin ketiga di atas, dalam pertemanan haruslah selektif dan tanggap terhadap situasi dan kondisi yang terjadi. Itu saja kuncinya menurut saya.

No comments: