Pages

Tuesday, July 27, 2010

Ucapan buat mu

Hari ini mungkin terasa spesial untuk kamu sayang. Hari yang menjadi penanda kamu ada di dunia. Hari yang bagi sebagian orang adalah istimewa. Hari yang senantiasa ditunggu tiap tahunnya untuk diperingati, dirayakan dengan segenap pernak pernik. Aku tau kamu tidak menyukai bentuk-bentuk perayaan, tidak suka akan kefoya-foyaan dan hura-hura. Kamu tuh lebih suka untuk sendiri pada saat-saat seperti ini.
Dalam kesendirian kamu lebih tenang untuk menafakuri arti keberadaan mu di dunia ini. Dalam sendiri kamu leluasa untuk berfikir mengenai hidup serta kehidupan kamu. Yaah begitulah kamu, saat-saat seperti ini memang kamu lebih baik unutk menyendiri, di luar kebiasaan kmu yang aktif sana sini.
Kamu sudah makan sayang? Jawabmu biasanya hanya senyum, pertanda kamu sedang tidak makan hari itu. Tapi jawabmu hari ini lain. Tidak seperti biasanya. Kamu bilang hari ini bukan hari yang biasa seperti hari untuk menahan diri dari makan dan minum. Kamu bilang beberapa orang sering berpuasa di hari kelahirannya, tidak untuk kamu. Tidak ada jenisnya yang seperti itu, tutur kamu beberapa saat kemudian.
Ya ya ya aku mengerti, sesuka kamu lah. Toh kamu tau aku pasti mengiyakan apa katamu.
Unutkmu yang selalu ceria, untukmu yang slalu enerjik, penuh beragam aksi, unutkmu yang senantiasa tersenyum dipagi hari mentari.
Untuk mu sayang, aku doakan yang terbaik untukmu.
Semoga engkau cepat menemukan apa yang kamu cari.
Sebuah ucapan tulus dariku semoga Allah merahmati sisa hidupmu, tentunya tidak berlebihan khan?

Wednesday, July 21, 2010

Informal Leader

Dalam kehidupan berorganisasi kerapkali struktur-struktur kepemimpinan yang telah ditetapkan secara legal formal kalah oleh kepemimpinan yang sifatnya tidak terstruktur, tidak legal atau dengan kata lain informal. Informal Leader barangkali itu istilah yang tepat unutk mengartikan kondisi dimaksud. Bentuk dari kepemimpinan informal adalah bias, tidak teratur namun kuat dan efektif.
Situasi dan kondisi sering menyebabkan sosok-sosok seperti ini tidak menempati posisinya, tidak berada pada posisi memimpin seperti naluriahnya. Dilahirkan untuk memipin barangkali ini istilah yang tepat untuk menggambarkan informal leadership. Tidak memerlukan media-media formal untuk menunjukan kekuasaanya. Bentuk dari kepemimpinan jenis ini bisa bermacam-macam, lingkup dan areanya pun bisa dimana saja dan kapan saja.

Dalam pemerintahan, organisasi-organisasi kemasyarakatan, partai politik, lingkungan kampus dan sekolah, masyarakat umum dan tempat-tempat lainnya informal leader muncul. Membentuk koloni-koloni tanpa identitas yang mampu bergerak secara efektif dan efisien. Pemimpin jenis ini pendapatnya didengar, perbuatannya kerap kali ditiru atau minimal dijadikan acuan serta parameter bagi yang lain. Hal inilah yang menyebabkan posisi informal leader kuat serta menentukan arah dari suatu organisasi.

Contoh informal leadership barangkali dapat kita lihat dilingkungan masing-masing. Di kantor misalnya, selain ada pemimpin-pemimpin mulai dari eselon IV hingga level Menteri juga banyak terdapat pemimpin-peminpin informal yang mampu merangkul, meraih simpati serta dapat menggerakan pegawai lainnya. Dalam suatu tim sepakbola istilah ini juga ditemukan. Dalam suatu tim ada pelatih, asisiten pelatih, kapten dan wakil kapten selain yang disebutkan tersebut ada pemain-pemain yang memiliki kharisma sebagai informal leader, yang pendapatnya di dengar serta disegani oleh rekan satu tim.

Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya salah satunya adalah dengan tercipta suatu sinergi antara pemimpin-pemimpin formal dengan pemimpin-pemimpin informal. Sinergi keduanya akan menciptakan suatu energi dahsyat untuk membuat organisasi lebih maju. Sebaliknya kegagalan suatu organisasi tidak bisa dilepaskan dari tidak terciptanya sinergi antara pemimpin formal dan informal.

Be informal Leader?

Thursday, July 15, 2010

Tentang Jodoh

Istri saya menceritakan bahwa seorang teman wanitanya sudah pernah beberapa kali berhubungan dengan laki-laki, putus sambung begitu katanya, hingga akhirnya sekarang sendiri. Teman wanitanya yang lain bercerita bahwa dirinya belum pernah berhubungan dengan laki-laki, namun ingin segera bersuami. Lain ceritanya dengan temannya yang lain, pernah menjalin hubungan, namun putus ditengah jalan hingga tidak sampai ke jenjang pernikahan.

Pada lain kesempatan teman laki-laki saya menceritakan bahwa dia ingin segera menikah, namun masih belum ketemu wanita yang cocok. Dilain waktu saya berkesempatan berbincang dengan seorang teman (masih laki-laki), dialog denganya masih seputar wanita, katanya dia belum pernah menjalin hubungan secara intens dengan wanita, karena selalu tertolak katanya, belum ada yang mau dengannya (itu bahasa kasarnya). Ingat obrolan seperti ini saya jadi teringat teman (saya) juga, seorang laki-laki, dia sudah berulang kali menjalin hubungan dengan wanita, namun hingga saat ini tak menemui ujung, hingga akhirnya terkesan “malas”untuk mencari lagi.

Saya selalu mengatakan bahwa jodoh di tangan Tuhan, seperti semua hal yang terjadi di alam ini, dahulu, sekarang dan ke depan adalah semua ketentuan-Nya. Bahwa kita harus tunduk kepada ketentuan-Nya adalah keniscyaan dan sesuatu yang tidak terbantah. Namun, kita juga diperintahkan untuk berusaha. Bekerja, berdoa dan berserah diri kepada-Nya.

Dalam urusan jodoh, kadang saya berpikir, jodoh itu gampang-gampang susah. Di cari-cari hingga ke Ujung Berung pun tak didapat, malah hanya duduk manis dipelataran rumah, jodoh mendekat. Begitulah adanya memang perihal jodoh. Perihal perjodohan pertama yang dilakukan oleh manusia barangkali adalah ketika Nabi Adam (atas petunjuk Allah), menikahkan kedua pasangan kembar putra-putrinya satu sama lain yang tidak lahir berbarengan, yakni Habil dengan Iqlima, Qabil dengan Labuda. Dari mereka lah keturunan manusia memenuhi bumi hingga hari ini.

Kembali ke persoalan jodoh, melihat definisinya, Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa jodoh adalah orang yang cocok menjadi suami atau istri; sebagai pasangan hidup. Definisi yang rasanya mudah dicerna oleh tiap orang, cukup jelas. Di sekitar kita fenomena seputar jodoh sangat semarak. Dahulu mungkin masih teringat dibenak pikiran kita perjodohan lekat dengan Siti Nurbaya. Kini, biro-biro jodoh dapat kita temui dimana-mana bahkan reality show di televisi pun erat kaitannya dengan topik yang kita bicarakan kali ini.

Tiap orang menemukan jodohnya sesuai dengan apa yang telah digariskan Yang Maha Menentukan. Ada yang cepat ada pula yang berjalan dengan lambat. Ada yang melalui proses legal maupun yang kurang legal (jika tidak disebut ilegal). Sekali lagi semuanya telah dan akan ditentukan oleh Allah. Seorang teman terbaik saya, menceritakan bahwa terjadi kesalahan pola pikir pada umumnya orang mengenai jodoh dan pernikahan, utamanya pada kalangan awam. Anggapan bahwa dengan menikah akan menyelesaikan segala permasalahan dalam dirinya, mungkin berlepas dari beberapa tanggungjawab, padahal sungguh terbalik, menikah adalah amanah, amanah yang diberikan untuk lebih bertanggungjawab, bersekutu antara dua insan untuk mengumpulkan kebaikan keduanya dalam rangka menggapai ridho-Nya untuk kehidupan yang abadi kelak.

Saat ini jumlah wanita single lebih banyak ketimbang laki-laki single, ini asumsi saya saja, tanpa menampilkan data serta fakta yang akurat. Setidaknya hal ini tercermin dari jumlah rekan laki-laki dan wanita di sekitar saya yang belum menikah. Saya berasumsi bahwa hal utama yang menyebabkan lebih banyak wanita single dibanding laki-laki single adalah faktor tersebut, saya pernah mendengar bahwa salah satu ciri akhir dunia adalah bilamana jumlah wanita lebih banyak dibanding pria. Bagi kalangan laki-laki hal ini bukanlah suatu masalah. Hal ini, jika mendengar celotehan beberapa rekan wanita, menimbulkan rasa resah diantara mereka. Bagaimana tidak, pandangan umum disekitar terkadang mendeskriditkan rekan-rekan wanita yang belum ketemu jodohnya, apalagi bila dibarengi dengan usia yang melebihi fisiknya.

Saya berpendapat, sebenarnya ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam kondisi seperti ini oleh kaum wanita. Pertama, perbaiki diri terus menerus, Kedua, perbaiki sikap, kata serta tingkah laku, ketiga, berdoa dan berserah diri kepada Allah. Itu saja menurut saya.

Perihal bagaimana datangnya jodoh, biarkan saja cinta menemukan jalannya sendiri.

Boleh setuju boleh tidak dengan pernyataan di atas. Yang pasti akan sangat menyenangkan bila dapat membantu teman untuk menemukan jodohnya.

*Kebenaran hanya datang dari Allah, kesalahan dalam tulisan ini semata-mata karena keterbatasan pengetahuan penulis.

Tuesday, July 13, 2010

Pentingnya Regenerasi dalam Organisasi

Tidak diragukan lagi dalam suatu organisasi, unsur manusia (Man), merupakan unsur utama di luar unsur-unsur lainnya dalam manajemen. Dari Manusia lah unsur-unsur lain bersandar dan bergerak, maka ketika tiada resources berupa Manusia, maka proses administrasi dalam arti luas atau manajemen khususnya tidak berjalan.

Manusia sebagai figur sentral dalam manajemen, merupakan unsur yang harus dilestarikan atau dengan kata lain harus dijaga ketersediaannya, dalam hal ini ketersediaan dalam kualitas maupun dalam kuantitas. Banyak organisasi yang sebelumnya powerfull tiba-tiba kolaps dan mati ketika ketersediaan resourcces bernama manusia ini tidak terpenuhi. Banyak organisasi mampu bertahan dalam himpitan krisis moneter, suhu politik yang tidak bersahabat, atau tekanan dari pihak luar organisasi karena memiliki sistem kaderisasi yang baik.

Salah satu indikator sehatnya suatu organisasi adalah ketika terjadi peralihan generasi/regenerasi organisasi dapat berjalan seperti kondisi sebelumnya, bahkan lebih. Regenerasi dapat didefinisikan sebagai sutu perpindahan tongkat estafet dalam berorganisasi dari generasi yang lebih senior ke generasi yang lebih junior, dengan definisi senior dan junior sebagai peristilahan yang luas, bisa dari sisi usia, tahun masuk menjadi anggota dalam suatu organisasi dan lainnya). Sedangkan kaderisasi merupakan suatu usaha yang dirintis untuk mempersiapkan kader-kader penerus dalam suatu proses regenerasi. Dengan kata lain proses regenerasi merupakan suatu hal yang pasti terjadi bilamana suatu organisasi hendak dipertahankan, tanpa melihat lebih dalam kualitas dari orang-orang yang terlibat dalam proses regenerasi. Sedangkan kaderisasi cenderung kepada proses regenerasi yang telah direncanakan sebelumnya, utamanya dari sisi kualitas. Sistem Kaderisasi telah melihat hal-hal kedepan terkait dengan resouces yang ada di organisasi, pos-pos mana yang haus segera diisi dari kekosongan, termasuk didalamnya bagaimana mencetak kader-kader yang handal serta terampil dan berpengetahuan dalam menjalankan organisasi sesuai pos nya kelak. Regenerasi dan kaderisasi merupakan suatu term yang wajib dijadikan ingatan pertama dan utama bagi bagian yang mengelola resource sumber daya manusia. Padanyalah dipertaruhkan masa depan organisasi, keberlagnsungan atau hidup matinya.

Beberapa waktu lalu saya pernah terlibat dalam kegiatan kerohanian islam di STIA LAN Jakarta (2005-2007). Saya ingat betul, dalam masa-masa itu organisasi terasa hidup dan aktif dalam berbagai kegiatan. Beberapa kader bahkan dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan lain di luar kegiatan Rohani islam oleh organisasi lain di lingkungan kampus. Hingga tahun 2007 akhir jelang 2008 dimana kader-kader dalam organisasi mulai merampungkan tugasnya sebagai mahasiswa di kampus tersebut, mulailah terasa arti dari suatu istilah regenerasi dan kaderisasi. Pada masa itu walaupun tidak terlalu memuaskan, pendahulu-pendahahulu dalam organisasi mampu menghadirkan kepengurusan baru dalam orgnasisai kerohanian islam. Tidak banyak yang dihasilkan dalam proses kaderisasi, karena sudah menjadi hal yang umum dalam organisasi-organisasi yang level maturity nya masih rendah kerapkali sering melupakan sistem kaderisasi dalam organisasi. Celakanya setelah proses regenerasi berlangsung, tampaknya tidak berjalan begitu mulus, masih terdapat campur tangan dominan dari personal-personal yang sebelumnya telah menjadi bagian dari pihak yang “tergusur” oleh proses regenerasi. Dalam kondisi yang seperti itu, organisasi tidak dinamis sehingga cenderung vakum dalam berkegiatan, terkahir adalah tidak jauh berbeda dengna pendahulunya, proses kaderisasi tidak berjalan, menurut informasi terkahir yang saya peroleh, kepengurusan yang sekarang bingung untuk mewariskan tongkat estafet organisasi kepada para juniornya. Suatu organisasi akan mati suri perlahan [dan mungkin seterusnya].

Kondisi bersebrangan tentang regenerasi dan kaderisasi pernah saya temui pada masa-masa duduk di bangku SMU. Ketersediaan resources berupa Manusia yang berkualitas, yang seakan tidak ada habisnya, serta sistem kaderisasi yang bagus menyebabkan organisasi terus hidup dan berjalan hingga saat ini. Saya ingat ketika minggu-minggu hadir di lingkungan SMU komplek Kolonel Masturi 64, saya diperkenalkan dengan beberapa organisasi-organisasi di sekolah seperti OSIS, Majelis Pertimbangan Kelas (MPK), Pramuka, PMR dan lainnya. Tampak begitu antusias serta dengan tingkat pemahaman organisasi yang tinggi (setidaknya menurut saya) senior-senior di SMU menjeaskan tentang masing-masing organisasi di atas. Sampai akhirnya saya ikut terjun di salah satunya. Saya aktif di OSIS selama 2 tahun, saya ikut terlibat dalam proses pengkaderan, baik sebagai peserta maupun sebagai mentor bagi junior-junior yang kelak akan duduk dalam organisasi. Terasa saat indah masa-masa tersebut, masa-masa terbaik munkgin dalam melihat proses regenerasi dan kaderisasi berjalan.

Pada kesempatan ini tentunya saya mengingatkan pada diri saya pribadi juga kepada aktor aktris organisasi, baik dilingkungan pemerintahan, perusahaan, LSM, parpol maupun kampus dan sekolah serta organisasi lainnya bahwa proses kaderisasi amat penting guna menunjang regenerasi organisasi. Tidak hanya pada unit yang mengelola sumber daya manusia sebagai penanggung jawab utama dalam hal ini melainkan seluruh pelaku dalam organisasi.