Pages

Wednesday, September 20, 2006

KEPEMIMPINAN GUSDUR : PENCIPTA KONFLIK YANG JENIUS

BEBERAPA DEFINISI
Beberapa pengertian tentang konflik, sebagai berikut :
Konflik berasal dari kata con-fligere, conflictum yang artinya saling berbenturan, semua bentuk benturan, tabrakan, ketidaksesuaian, ketidakserasian, pertentangan, perkelahian, oposisi dan interaksi-interaksi yang antagonisistis-bertentangan.
Menurut Clinton F. Fink konflik adalah relasi-relasi psikologis yang antagonis, berkaitan dengan tujuan-tujuan yang tidak bisa disesuaikan, interest-interest eksklusif dan tidak bisa dipertemukan, sikap-sikap emosional yang bermusuhan dan struktur-struktur nilai yang berbeda. Interaksi antagonis disini mencakup tingkah laku lahiriah yang tampak jelas, mulai dari bentuk-bentuk perlawanan halus, terkontrol, tersembunyi, tidak langsung, sampai pada bentuk perlawanan terbuka, kekerasan, pemogokan, huru hara, makar, grilya, perang dan lainnya.
Ada pandangan yang menyebutkan bahwa konflik memiliki pengertian negatif, positif dan netral. Dalam pengertian yang negatif, konflik dikaitkan dengan sifat-sifat animalistik, kebuasan, kekerasan, destruktif dan lainnya. Dalam pengertian positif konflik dihubungkan dengan peristiwa : petualangan, hal-hal baru, inovasi, pembersihan, pemurnian, pembaharuan, perubahan dan lainnya. Dalam pengertian yang netral, konflik diartikan sebagai akibat biasa dari keanekaragaman individu manusia dengan sift-sifat yang berbeda dan tujuan hidup yang tidak sama pula.

Lebaran dan Baju Baru

Menit-menit akhir jelang lebaran, kesibukan masyarakat bertambah.
Dari yang makin khusu’ beribadah hingga yang makin sibuk mencari tambahan nafkah.
Ada satu hal menarik berkenaan dengan pemenuhan nafkah dalam suasana lebaran. Hal tersebut adalah tradisi membeli pakaian baru bagi tiap anggota masyarakat.
Kelihatannya sepele memang tapi hal tersebut cukup menarik tuk diperhatikan. Betapa di detik-detik akhir jelang lebaran susana di pasar tradisonal atau modern terutama di tempat-tempat yang menjual pakaian akan sangat penuh.

Sebagian orang mengatakan “Buat apa seeh beli baju baru menjelang lebaran, kaya ga da waktu laen ajjah”. “Saya ga pernah tuh ngebeliin baju anak saya pas mau lebaran, tiap bulan ajjah beli baju!!!” Komentar ini saya dapatkan dari orang-orang-orang yang memang tidak memiliki kebiasaan berbelanja pakaian di hari raya. Umumnya mereka adalah orang yang memiliki tingkat penghasilan menengah ke atas.