Sampai 2 kali buku ini dibaca
walaupun pada kesempatan kedua hanya membaca pada bagian-bagian tertentu saja.
Sebelumnya saya tidak pernah tau
mengenai gerakan DI/TII apalagi sampai JI, hanya penggalan-penggalan informasi
via TV atau media online.
Dengan membaca buku ini banyak
informasi baru yang say aketahui. Mengenai Hasan Tiro dan GAM misalnya,
muasalnya sedikit disinggung dalam buku ini. Cerita mengenai Abu Bakar Baasyir
yang beberapa tahun belakangan pemberitaannya sangat intens di media, atau
mengenai motivasi serta bagaimana teroris berkegiatan di Indonesia, semuanya
dipaparkan dalam buku ini.
Saya anggap penulis buku
(Solahudin) cerdik untuk memaparkan fakta melalui narasi yang apik. Seolah-olah
membaca serial detektif atau menonton film action dalam membaca buku
ini. Informasi yang dipaparkan sangat kaya dan padat, memiliki sumber yang
dapat ditelusuri dan dapat dipertanggungjawabkan.
Saya kira buku ini cukup low
profile, mampu menampilkan informasi yang kaya mengenai salafy jihadi, historical
story Darul Islam, sampai dengan isu kekinian seperti terorisme, namun
menyebutkan ketidakmampuan penulis dalam menjelaskan salah satu bagian menarik
dalam rangkaian cerita DI/TII yakni penjelasan keterhubungan antara Pemerintah
(BAKIN) dengan DI/NII dalam serangkaian peristiwa antara tahun 1970-1976.
Beberapa hal menarik yang akan
didapat ketika membaca buku ini antara lain:
1. Asal muasal munculnya salafy jihadisme atau ajaran salaf untuk
melakukan jihad.
Mulai dari
pemaparan apa yang dimaksud dengan Salafy, tokoh-tokoh salafy dan ajarannya
(Ibnu Taimiyah, Sayyid Qutb, Muhammad bin Abdul Wahab, Abdullah bin Baz,
Abdullah Azzam sampai dengan faham Usama bin Laden dan pendirian Al Qaida.)
2. Awal masuk faham Wahabi ke indonesia di Sumatera Barat (Kaum
Padri), modernisme islam di Indoensia (Faham Salafy), berkembangnya
organisasi-organisasi Islamdi Indoensia, seperti Muhammadiyah (1912), Al Irsyad
(1914), Persis (1923) dan NU (1926).
3. Sosok Kartosuwiryo sebagai aktivis gerakan islam. Cerita berorganisasi
Kartosuwiryo dalam organisasi seperti, Jong Java, Jong Islamiten Bond,
sekertaris pribadi HOS Tjokroaminoto, serta masuk dalam Partai Syarikat Islam
(PSI).
4. Cerita mengenai pendirian DI/TII, 7 agustus 1949 dan peristiwa penangkapan
Kartosuwiryo tanggal 2 juni 1962.
5. Periode DI 1970-1981 yang disebut Komando Jihad.
Pasca tertangkapnya
Kartosuwiryo dkk. di adakan konsolidasi DI dengan menghasilkan pemimpin bari DI
yakni Tengku Daud Bereuh.
terjadi
perpecahan di tubuh DI, ada 2 Faksi: Faksi Fiisabilillah (penganjur jihad
dengan tindakan) Faksi Fillah (penganjur jihad dengan lisan, tokohnya Djaja
Sudjadi)
ada informasi
menarik mengenai tokoh GAM, Hasan Tiro. Serta perubahan sikap organisasi DI
menjadi organisasi rahasia (Tanzim Sirri)
6. Dalam fase komando jihad dan beberapa tahun sesudahnya DI
kembali melakukan konsolidasi, kali ini yang berperan adalah generasi baru DI
dengan faham salafy. Selain itu juga terdapat usaha penyusunan ideologi DI yang
disusun oleh Aceng Kurnia, berupa idiologi RMU (Rububiyah, Mulkiah, Ubudiyah),
munuclnya tokoh-tokoh baru DI seperti Abdullah Sungkar, Abu Bakar Baasyir, Abu Jibril
dkk, pusat kegiatan DI pindah dari Jawa Barat ke Jawa Tengah
Demikian beberapa
hal yang dapat ditemukan dalma buku ini. Satu yang tidak saya dapatkan dalam
buku ini adalah bagaimana kondisi gerakan DI dan JI saat ini.
Selebihnya buku
ini sangat layak untuk dibaca.
No comments:
Post a Comment