Pages

Monday, January 03, 2011

Tentang cita-cita dan mimpi

Beberapa waktu lalu saya ikut pelatihan Professioonal PhoneCourtessy, diawal pelatihan trainer mengajarkan kepada saya tentang mimpi dan cita-cita, sungguh menarik.
Bagaimana seseorang bermimpi, bercita-cita merupakan turning point pembelajaran. Sungguh menarik sekali.
Dalam perjalanan mengenai mimpi dan cita-cita saya diingatkan kembali tentang apa-apa yang pernah menjadi mimpi dan cita-cita saya. Mimpi-mimpi yang belum terwujud, cita-cita yang belum tergapai.
Kemampuan membuat mimpi merupakan cikal bakal kesuksesan seseorang, tentunya dengan memperhatikan relatifitas dan kenisbisan mimpi-mimpi tiap orang yang berbeda.
Di Sekolah Dasar ketika ditanya “apa cita-citamu” spontan saya akan menjawab “Ingin menjadi orang yang berguna bagi Nusa, Bangsa dan Agama”, mantap sekali bukan?
Mimpi-mimpi di usia SD buat saya adalah mimpi-mimpi menjadi orang yang berguna, bagi lingkungan, bagi masyarakat apapun itu.
Entah menjadi dokter, astronot, mentri, arsitek, hansip, tukang buat jalan, penyuluh pertanian, guru ngaji dan lain-lainya.
Sebuah mimpi yang absurd yang berujung kelak dimasa depan, seolah berbicara menjadi apapun kelak tak masalah yang penting berguna bagi Nusa Bangsa dan Agama. Itu saja.
Lain di Sekolah Dasar lain ketika saya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Disana suasana puber anak tanggung kental terasa. Pertanyaannya masih sama “apa cita-citamu” spontan saya tidak akan menjawab “Ingin menjadi orang yang berguna bagi Nusa, Bangsa dan Agama”. Kali ini jawaban berbeda tentunya yang dikemukakan. Bisa menebak? Masih normatif, pengaruh lingkungan sangat berpengaruh, kebetulan waktu itu saya sangat tertarik dengan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sejarah sehingga jawaban yang keluar dalam benak saya adalah “Saya akan menjadi profesor , klo ngga Astronot, ahli Biologi, fisikawan atau seorang arkeolog kalo ngga menjadi seorang sejarawan yang terkenal”.
Mantap sekali bukan?
Cita-cita fundamental yang menggebu dimasa itu. Matematika dan sejarah apapun menjadi hidangan wajib tiap hari. Mimpi waktu itu adalah kerja seperti orang-orang pintar di TV, di laboratorium atau diperpustakaan besar dengan berbagai macam peralatan yang waaah.
Zaman SMU klo ditanya mengenai cita cita dan mimpi sudah berbeda dengan zaman Sekolah Dasar ataupun SMP. Di masa SMU tingkat kedewasaan sudah berubah, levelnya lebih tinggi dibanding tingkat sebelumnya. Perumusan akan cita-cita dan mimpi lebih komfrehensif dan lebih detail dan terfokus.
Seperti sebelumnya jika disodorkan pertanyaan “apa cita-citamu?” jawaban kali ini lebih terarah, simple. “Saya ingin menjadi Kyai”!
Jangan tanya kenapa.
Waktu itu yang pasti teramat sangat ingin jadi Kyai.
Mimpinya adalah menjadi seorang orator seperti Sukarno, Zainudin, Abdulah Gymnastiar dkk.
Mimpi yang minimal bisa diwujudkan melalui khutbah jumat!
Cita-cita dan mimpi itu dinamis rupanya. Bisa berubah kapanpun. Dipengaruhi oleh keadaan dan lingkungan utamanya. Mulai dari cita cita “Ingin menjadi orang yang berguna bagi Nusa, Bangsa dan Agama” kemudian mimpi ingin “Saya akan menjadi profesor , klo ngga Astronot, ahli Biologi, fisikawan atau seorang arkeolog kalo ngga menjadi seorang sejarawan yang terkenal”, terakhir di masa SMU “ingin menjadi Kyai”.
Klo diperhatikan sangat-sangat berbeda satu sama lainnya. Bukti bahwa cita cita dan mimpi seorang dinamis.
Oh ya satu bulan lalu saya bercita cita dan bermimpi menjadi seorang penulis.
Tadi pagi saya bercita-cita sekaligus mimpi untuk menjadi kepala dari kepala sekolah. Saya ingin punya sekolah di tahun 2020.